jika politik adalah sesuatu yang abu-abu
yang menjadi senjata para penguasa
yang menjadi sindikat pengejar harta dunia
maka aku bukanlah itu
Namun jika politik adalah pembelaan & perjuangan
yang membangunkan keberanian retorika
dan lantang meneriakkan keadilan
maka aku adalah politikus itu

Jika demokrasi adalah belenggu penjajahan
diramaikan oleh tangan-tangan gila jabatan
disetir untuk mengubur kepribadian anak bangsa
maka itu bukan tempatnya
Namun jika demokrasi adalah sebuah peluru pembebas
yang pengusungnya adalah teladan sejati
dan ideologinya menembus keangkuhan parlemen
maka itu adalah kendaraannya..

Senin, 14 Juni 2010

PKS Ingin Buktikan Diri Terbuka & Moderat

INILAH.COM, Jakarta. PKS ingin membuktikan diri sebagai partai tengah, moderat dan terbuka. Lihat saja dalam Munasnya PKS mengundang Dubes Australia dan AS. Ada apa dengan PKS?

Kalangan PKS nampaknya meyakini bahwa gelombang Islamisme yang keras dengan aneka teror dan kekerasan di dalamnya, hanya akan merugikan partai itu dan citra umat Islam.

“PKS ingin menjadi penjaga nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, serta lebih realistis dalam melihat pluralitas sosial di republik kita,” kata Zulkieflimansyah PhD, anggota DPR PKS.

Di kalangan publik, PKS masih dirasakan sebagai partai eksklusif meski sudah bergerak ke tengah dan moderat, bahkan sudah merekrut kader non-muslim. “PKS masih dilihat sebagai partai berbasis massa Islam yang eksklusif karena doktrinnya memang demikian, mungkin dengan pertimbangan untuk menjaga keutuhan basis sosial mereka."

Eksklusifisme PKS membuat kalangan NU dan Muhammadiyah melihat partai ini sebagai ancaman atas kohesitas dan pengaruh sosial-kultural dua organisasi massa Islam terbesar itu. “Apalagi PKS berafiliasi ideologis dengan Ikhwanul Muslimin di Timur Tengah,” papar Fahmi Panimbang MA, sosiolog muda Universitas Paramadina.

Melalui undangan kepada Dubes AS dan Australia itu, PKS ingin menyampaikan kepada dunia internasional bahwa Islam Indonesia tidak sama dengan Islam yang perspesikan dunia barat yang terkadang dicap negatif.

"Ini loh bahwa Islam di Indonesia berbeda dengan Islam di negara barat," ujar Sekretaris Jendral PKS, Anis Matta, akhir pekan lalu. Menurut Anis, PKS ingin memberikan pandangan-pandangan baru kepada internasional khususnya dua negara itu terhadap kondisi dan pandangan Islam di Indonesia. Hal itu jugalah yang menurutnya, menjadi alasan mengapa untuk perhelatan besar nanti PKS memilih hotel asal Amerika Serikat untuk ber-Munas.

Selain meneguhkan diri sebagai partai moderat dan tengah serta terbuka, PKS juga ingin mengesahkan susunan pengurus DPP pada Munas PKS pada 16 Juni 2010 mendatang serta membahas kembali posisinya sebagai anggota koalisi pendukung pemerintah.

Anis menilai, PKS perlu kembali mengevalusi posisinya karena mencermati model koalisi saat ini. Terlebih setelah terbentuknya Sekber Koalisi yang menurutnya, hanya sebagai bentuk ‘carter politik’.

“Meskipun kecurigaan ini akhirnya tidak terbukti,” sambungnya. “Kita akan bahas kebijakan kita soal koalisi. Arah dari koalisi ini yang nanti akan kita tetapkan di Munas besok,” tandas Anis.

Politisi PPP, Dr Arief Mudatsir dalam disertasinya di Fisip-UI mengenai partai-partai berbasis Islam, pernah memprediksikan bahwa ideologi kebangsaan, bukan keagamaan, akan lebih mendapat tempat di kalangan rakyat Indonesia yang kian modern dan maju.

Bahwa ideologi Islam dan agama lain akan semakin memudar dalam kepartaian di Indonesia karena derasnya modernitas dan globalisme yang membuat masyarakat makin sekuler dan tak lagi meandang agama sebagai panduan yang ''berharga mati'' dalam berpolitik. Selamat bermunas PKS. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar