![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3syUEBR2TiYNc-Mg-3ajD1ln2vOx1NL65AGom-itG2cueT8KZ9MkqUCQ59qQ0ejSNi7sK1pR0PaxELpylm7TdVKi-rrud_kiyRah3Ok52bFaGv8ybHd1n4SmoOVoIJVYi5TJe9ZtTukGP/s200/HNW1.jpg)
INILAH.COM, Jakarta. Rencana PKS memberikan award kepada 8 wanita yang dianggap memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia merupakan bagian politik PKS yang bernuansa keibuan.
Maksud dari PKS bernuansa keibuan, menurut Hidayat Nur Wahid, adalah politik yang elegan, bukan politik yang saling fitnah dan merusak.
"Politik yang betul-betul bernuansa kewanitaan dan keibuan, penuh dengan toleransi dan menghormati," kata Ketua MPR Hidayat Nur Wahid di gedung MPR, Jakarta, Jumat (5/12).
Jika ini dianggap masyarakat sebagai upaya untuk menarik suara kaum wanita, Hidayat mempersilakan untuk menafsirkan hal tersebut. Namun dia menegaskan, sejak awal PKS tidak memisahkan Islamis dengan nasionalis.
"Sejak awal PKS memang asasnya islam, tapi di Indonesia bukan negara agama," ujarnya.
Hidayat memberi contoh perolehan suara PKS pada 2004, pemilih PKS dari kalangan non muslim tidak sedikit, sekitar 2,5% pemilih. Selain itu, koalisi-koalisi yang dibangun PKS saat ini sudah lintas kelompok.
"Ada kalangan agama. Seperti juga Gubernur di Riau dengan Golkar, di Sumsel dengan PDIP di Maluku Utara dengan Demokrat di Sumatera Utara dengan PPP. Jadi PKS sudah terbiasa dengan menembus batas-batas, karena sejak awal Islam tidak membuat sekat-sekat yang sangat rigid antara pihak," imbuhnya. [ana]
http://smsplus.blogspot.com/2008/12/hidayat-pks-politik-keibuan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar