![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7mz818Jg-_bGhPC1nU9_pS1W_aZJ0C7U4EcZbsabZsquh5B6P_HfglNpIMLW-fm14ZGqsy0iaWbasJgdni99zhKkVtwAGdalVzddcCE-aNGy_ZWWrXR0TyWVrGDSR9jknfnMoB_dwWzK4/s200/Slide1.jpg)
INILAH.COM, Jakarta. Meskipun mendapat berbagai kritik, iklan politik PKS yang menampilkan delapan tokoh nasional dinilai memiliki 'nilai jual' yang efektif. Pemanfaatan Hari Pahlawan sebagai momentum, secara marketing politik juga dinilai berhasil.
"Kalau dilihat dari murni marketing politik, itu (iklan) sebetulnya berhasil dan juga kreatif," kata Dosen komunikasi FISIP UI, Ibnu Hamad, ketika berbincang dengan INILAH.COM di Jakarta, Rabu (12/11) pagi.
Menurut Hamad, iklan politik PKS berhasil karena mendapat perhatian dari masyarakat luas. Namun, Iklan yang menampilkan Soeharto sebagai salah salah satu tokohnya itu, belum tentu dapat menarik dukungan masyarakat memilih PKS.
"Sebelum mencapai ke dukungan, terlebih dahulu harus menjadi perhatian. Lalu kesadaran dan kemudian dukungan. Jadi, masih terlalu jauh untuk mencapai dukungan," ujar Profesor ilmu komunikasi yang berusia 41 tahun ini.
Belum lagi, lanjut Hamad, masyarakat tidak mudah percaya begitu saja terhadap kampanye atau iklan politik parpol. Sebab masyarakat kini semakin cedras.
Dari aspek angle, iklan itu dapat mencuri perhatian rakyat. Melihat polemik yang dihasilkan dari iklan politik PKS itu, Hamad menduga, iklan itu sengaja dibuat secara berseri seputar kepahlawanan.
"Jadi momentumnya yang dipenggang, yakni dengan pendekatannya seputar kepahlawanan," pungkas Hamad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar