![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8J-IQM4PdX7T-6fuUSWCfgISmtN0W9wY-WriYNptlXFTmdsapI5lLL4nzVfRaNZsq7xZD2tSfdd3pwmBpdWV9w2FcoUwLHXGHCWKxAPBKPLe7Jb1P3zK1C6eLQtv9osmxTsa0gwZ3t7bR/s200/PKS.bmp)
INILAH.COM, Jakarta. Gara-gara dianggap 'tak terkendali', Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok dan Ketua DPP Ruhut Sitompul dipecat dari Tim Kampanye SBY-Boediono. Namun hal ini tak membuat PKS terusik. Pencopotan itu justru dijadikan pelajaran berharga bagi PKS.
"PKS tidak merasa diultimatum atau diperingatkan terkait pencopotan Pak Ruhut dan Pak Mubarok. Selama ini tidak pernah ada ultimatum," ujar Ketua DPP PKS Mahfudz Shiddiq kepada INILAH.COM di Jakarta, Rabu (10/6).
Tindakan tersebut, menurut Mahfudz, untuk lebih menertibkan dan mengarahkan pola komunikasi dalam kampanye. Sehingga, ada keseragaman tindakan dan pemikiran ketika mengusung pasangan SBY-Boediono.
"Jadi bagus-bagus saja. Daripada semua dibiarkan kampanye jadi kontraproduktif. Semua pasangan calon juga melakukan hal yang sama," cetus Ketua FPKS ini.
Pasa tindakan tersebut, ia menghimbau, parpol mitra koalisi harus melakukan konsolidasi di internalnya masing-masing. Sehingga komunikasi antar parpol koalisi terkait tema dan cara kampanye dapat sinkron satu dengan yang lain.
"Itu sebuah tuntuntan dan semuanya berupaya ke situ. Walaupun dalam pertarungan itu kan kadang-kadang merespon pertanyaan dengan cepat. Sehinnga lebih cepat dari koordinasi yang dilakukan," tuturnya. [jib]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar