![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxdPZm-deiuhc62Z47XlEza6lwAYGe_bz47CqS7yhwb60DWKc5v7sqYdu6fXDPBJ1NQXhMmhHLdCb1iZvTzCFDVIlYNxD32BHDp2rSX9cJuVggRhlm18iatlRRrg4xAN6XPmuzq5I31SMi/s200/Mahfusz+Shidiq.jpg)
"Masyarakat & elit Masih Belajar"
Fraksi-PKS Online. Ketua Fraksi PKS DPR Mahfudz Siddik menyatakan dinamika politik dalam negeri yang tercermin melalui realitas di tingkat elit politik maupun masyarakat tidak jauh berbeda. "Mereka masih dalam proses belajar," ujarnya dalam jumpa pers yang digelar lembaga survey Indobarometer di Pressroom DPR, Kamis (3/9).
Mahfudz berangkat dari fakta survey yang dikeluarkan lembaga Indobarometer bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah memahami peta partai-partai koalisi dalam Pemilihan Presiden yang baru saja usai.
Dalam survey tersebut diketahui 69,5 persen responden mengakui PKS sebagai mitra pengusung SBY-Boediono. Begitu juga partai pendukung lainnya seperti PAN sebanyak 56,8 persen, PPP 54,5 persen, dan PKB 52,1 persen. Sedangkan sebanyak 69,3 persen responden menyatakan bahwa Golkar bukanlah bagian dari partai pendukung SBY-Boediono, disusul Hanura 65,3 persen,Gerindra 71,4 persen, dan PDIP 75,3 persen.
Namun, hasil survey menyatakan mayoritas masyarakat juga berpendapat bahwa tidak hanya parpol-parpol pendukung SBY-Boediono saja yang berhak duduk di kabinet. Parpol-parpol yang berseberangan alias yang menjadi lawan SBY-Boediono dalam pertarungan di pilpres lalu pun dianggap berhak.
Sementara persepsi yang sama juga terjadi di tingkat elit politik. Mahfudz mencontohkan manuver pimpinan Demokrat yang mendekati PDIP beberapa waktu lalu.
Hal tersebut Menurut politisi senior PKS ini menimbulkan ketidakjelasan politik pasca pilpres. Setelah pengumuman presiden terpilih, timbul kebingungan. "Yang kalah dapat apa dan menang dapat apa?", tanyanya.
Masyarakat dan elit, lanjut Mahfudz masih dalam tahap sebuah proses belajar dalam memahami sistem ketatanegaraan seperti pemilu. Karenanya mereka masih sulit membedakan koalisi dan oposisi, serta porsi kabinet. "Koalisi dan oposisi masih belum melembaga," imbuhnya.
Karena itu, Ia menduga kabinet bentukan SBY pada 20 Oktober mendatang akan layak disebut sebagai 'Kabinet Rekonsiliasi Nasional' karena merupakan campuran dari parpol mitra koalisi dan oposisi. "Insting politik saya mengatakan begitu," tandasnya.
Nice Activities...
BalasHapus