![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Fh8seC8bMYzJeu1MpCX2FhB-vxunc6mckm461bgnUcfKwBXv8VVvwwhzFTDYkMMypGjgDffCKf7Hw1W-btyfJcQYBhuJ2zB9V53ecD_i1KukYq6Vw7UvaSdP8rWPiRyMc9WvUQ81ItwU/s200/31b5db4da29223fe64d33cc8fd5dcf9e.jpg)
Bandung, myRMnews. Kemengan Barack Obama dalam Pilpres Amerika Serikat melahirkan semacam ekspektasi bahwa ada pemimpin dunia yang muda dari sebuah negara yang mayoritas berkulit putih.
“Berarti sekarang yang diharapkan dunia itu bukan lagi siapa berasal dari mana tetapi siapa bisa berbuat apa. Terbukti kulit hitam yang di AS merupakan minoritas bisa terpilih menjadi presiden,” kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam perbincangan santai dengan myRMnews di rumah dinas Pakuan, Jalan Oto Iskandardar Dinata, Bandung, Kamis (6/11).
Dalam penilaian Heryawan, bangsa Amerika sudah berada di tingkat rasionalitas yang tinggi. Presiden yang dipilih bukan semata-mata ego kulit hitam atau kulit putih.
“Tetapi yang dipilih adalah siapa yang bisa memberikan ekspektasi dan siapa yang bisa merealisasikan ekspektasi tersebut,” ujar kader Partai Keadilan Sejahtera ini.
Obama yang pernah tinggal di Indonesia selama empat tahun dan belajar di sekolah dasar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, memang menjadi ikatan emosional bagi masyarakat Indonesia.
Tetapi ikatan-ikatan tersebut, kata Heryawan, sejatinya bukanlah sebuah ikatan yang menjadi inti. Ikatan itu hanya memperkuat harapan.
“Inti sebenarnya adalah harapan perubahan tentang situasi dunia yang sekarang harus berorientasi pada keadilan. Kita harus menunggu apa yang harus dilakukan Obama sebagai Presiden AS yang baru,” tutur Heryawan.
Obama, kata mantan anggota DPRD Jakarta ini, ditunggu kiprahnya untuk merealisasikan keinginan masyarakat dunia tentang keadilan yang dirusak Amerika Serikat.
“Amerika berperilaku demikian arogan dalam mengatasi atau mengatur urusan-urusan negara di dunia saat ini. Bahkan AS menentukan tata dunia baru dengan standar gandanya,” kata Heryawan.
Ini terutama sangat menonjol dengan pemeritahan George Walker Bush. Amerika menyerang Irak padahal masyarakat Amerika sendiri menentangnya.
“Bush itu kan bebal, sombong, arogan tetap saja melakukan apa yang dia kehendaki,” pungkas Heryawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar