![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMGDblVz6rAd3keDWtjkwDSWZ44A4e93BQfEiU9xUHGnjgEIxqqwk8iK7lCeFRXSxMpYdv39fWhhunITzdVaj7s-rANUeIr6FpTsy_2chxzAjFGtrvNEhXY4LD8psSEujr_pwLeJW8s7xs/s200/Slide1.jpg)
Jakarta, myRMnews. Iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) seri Hari Pahlawan memang menuai kontroversi.
Adalah wajah penguasa Orde Baru Soeharto yang menjadi pangkal.
Betapa tidak, dalam iklan politik PKS yang tayang di sejumlah tv swasta nasional itu, Soeharto tampil sekilas dalam deretan tokoh-tokoh bangsa dan sejumlah pahlawan nasional.
Ada Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Proklamator, ada juga Bung Tomo, M. Natsir, Jendral Soedirman hingga pendiri NU KH Hasyim Asyari dan Kiai Ahmad Dahlan, tokoh Muhammadiyah. Semua "diklaim" dalam iklan PKS tersebut sebagai guru bangsa dan pahlawan nasional.
"Kami tidak sengaja men-setting atau menggiring publik untuk bernostalgia. Tidak!" tegas konsultan komunikasi politik FastComm, Ipang Wahid dalam perbincangan dengan myRMnews, siang ini.
Menurut ponakan Gus Dur ini, iklan PKS seri Hari Pahlawan merupakan rangkaian iklan 100 tahun Kebangkitan Nasional.
"Iklan itu tidak mengasosiasikan PKS dengan tokoh tertentu, justru PKS hanya kampanye nilai kepahlawanan, kepemudaan, persatuan secara konsisten sejak awal," tandas Ipang.
Dijelaskan pula bahwa gambar-gambar itu adalah fakta sejarah bahwa mereka memang pernah berpengaruh dan memberi contoh dalam benak kita, yang baik kita ikut dan yang buruk kita tinggalkan.
"Soeharto dan semuanya sudah meninggal, kita tidak bisa dapat apa-apa kecuali pelajaran sebagai guru dan pahlawan bangsa," pungkas putra dari Pengasuh Ponpes Tebu Ireng, Solahuddin Wahid ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar